Pernikahan Itu Saudaraku


pernikahan itu saudaraku,
adalah alat uji
apakah sebagai manusia
engkau telah cukup bermutu

karena setelah pasangan dibaringkan
lampu telah dimatikan
tidaklah engkau lihat
bahwa kita pun sanggup
menyerupai hewan-hewan

padahal dari hewan saudaraku,
manusia cukup mengambil
sekadarnya saja

maka yang gelap harus kembali
engkau terangkan
yang mati kembali harus dinyalakan
malu harus kembali dikenakan

karena untuk layak disebut sebagai manusia,
malu itulah pakaian pertamamu

tapi
kadang betapa bersangatan
kita ini dalam menjelma serupa hewan
betapa lama pakaian malu itu kita tanggalkan

karena sebagai hewan
engkau akan memandang pasanganmu
cuma menjadi sebentuk barang
perasaanmu akan tergantung
pada tua dan muda
pada lama dan baru
dan mengendus
cuma kalau nafsu

sedang sebagai manusia
engkau harus mengerti
betapa lama dan baru cuma permainan waktu

waktu memang sanggup membuat
yang baru menjadi lama
yang muda menjadi tua
tapi waktu tak bisa memaksamu
untuk mencintai
cuma pada yang baru dan muda semata

dalam soal jatuh cinta saudaraku,
engkau boleh mengambang di atas waktu

sementara sang waktu memainkan kekuasaannya
dengan melapukkan benda-benda
menggoyahkan yang tegak
mengendorkan yang kencang
melemahkan yang tegang
memutihkan yang legam
dan mengosongkan yang isi
engkau masih boleh berada di sini
tetap seperti sedia kala

sebagai benda
engkau memang boleh dijarah oleh waktu
ia akan serupa api bagi kayu
serupa pohon dililit benalu

tetapi sebagai manusia
ia tak akan sanggup menyentuhmu

maka jika waktu terus menimbuni
umurmu dengan bulan dan tahun
sedang merontokkan gigimu
mengaburkan pandanganmu
dan menggerogoti keindahanmu
sesungguhnya
ia tidak sedang menguras,
melainkan mengisi
tidak sedang menuakan,
melainkan mematangkan
tidak sedang mematikan,
melainkan menghidupkan

jadi, apakah yang bisa diperbuat waktu atasmu?

maka jika pasanganmu kedapatan
mulai payah dan tua
itulah saatnya engkau menemukan
cinta yang sesungguhnya
engkau menabung sejarah
dalam keriput kulitnya

jika pasanganmu mulai rabun dan buta
itulah saatnya engkau melihat
keindahan sesungguhnya

begitu indah
hingga mata sendiri tak sanggup menanggungnya
ia terpaksa membaginya ke hati
yang bertugas menyimpan dan mengawetkan
menjadi semacam keabadian

di dalam hati itulah saudaraku,
engkau akan menemukan jenis cinta
yang tak akan bisa dikalahkan
oleh sekedar
lama dan baru
tua dan muda
indah atau buruk rupa....

17 Agustus 2008

A poem by Firman Robiansyah
Disadur dari Puisi “Perkawinan itu Anakku” Karya Prie GS)

Dedicated for a newly married couple: Teh Novi & A Jeni
Baarakallaahu Laka wa Baaraka ‘Alaika Wa Jama’a Bainakumaa Fii Khairin...
Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah
Amin....

Komentar

Postingan Populer